Cerita ayah, anak dan seekor keledai
Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh
Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:
- Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Amiin….
- Yang belum dapat pekerjaan, semoga mendapatkan pekerjaan. Amiin….
- Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Amiin….
- Yang sedang bersekolah, semoga sekolahnya berkah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Amiin….
Oh ya, kali ini saya akan menulis sebuah cerita tentang seorang ayah, anak dan seekor keledai, dimana pada cerita ini si ayah memberikan pelajaran yang sangat berharga terhadap anaknya tentang arti dari sebuah kehidupan dan sikap orang lain terhadap diri sendiri.
Emmmm…..bagaimana ceritanya, silahkan dibaca artikelnya sampai habis, Gratiiiiisssssssssssssss…tiiiss….tttttiiiiiissss
* Ayah, anak dan seekor keledai
Suatu hari seorang ayah yang sangat bijaksana mengajak anaknya untuk berjalan-jalan dengan membawa seekor khimar. Khimar dalam bahasa arab yang berarti keledai.
Apakah agan-agan semua tahu tentang hewan yang bernama keledai?
Tentunya tahukan, keledai adalah hewan sejenis kuda namun ukurannnya lebih kecil dari kuda. Seperti kuda poni lah istilahnya tu.
Oh, hampir lupa, disini kita tidak membicarakan tentang kuda ya, lanjut lagi masuk kedalam cerita.
Sang ayah dan anaknya terus melakukan perjalanan dengan membawa tali yang terjerat dengan keledai tersebut, dan ditengah perjalan mereka pun bertemu dengan beberapa orang,
“Lihat orang itu (ayah dan anak), betapa bodohnya mereka, ada memiliki kendaraan berupa keledai, justru tidak digunakan dan lebih memilih untuk berjalan kaki.” kata orang-orang tersebut.
Mendengar perkataan orang-orang itu membuat sang ayah dari anak tersebut tersenyum, dan mereka pun kembali melakukan perjalan.
Pada perjalanan selanjutnya, sang ayah meminta anaknya untuk naik keatas keledai, sang anak pun menjadi bingung,
“Kenapa saya harus naik keatas keledai, yah?” tanya si anak.
“Sudah, lakukan saja nanti kamu juga akan tahu.” jawab si ayah
“Lalu ayah sendiri bagaimana? Apakah juga ikut menaiki keledai ini?”
“Tidak, nak! Ayah akan tetap berjalan kaki.”
Setelah si anak naik keatas keledai, mereka melakukan perjalan kembali. Dan ditengan-tengah perjalanan mereka kembali bertemu dengan beberapa orang, dan mereka pun berkata,
“Betapa durhakanya anak itu, ia lebih memilih senang diatas keledai tanpa menghiraukan sang ayah yang telah letih berjalan.”
Sang ayah pun lagi-lagi terenyum mendengarkan perkataan orang-orang tersebut, dan berkata didalam hati bahwa mereka tidak mengerti tentang apa yang terjadi, dan ia pun mendo’akan orang-orang tersebut agar mendapat petunjuk dalam hidup mereka.
Setelah mereka berlalu dari orang-orang tersebut, sang ayah pun menurunkan anaknya, dan berkata,
“Nak, sekarang biarkan ayah yang berada diatas keledai dan kamu yang berjalan,”
“Si anak pun mematuhi apa yang dikatakan oleh sang ayah,”
Walaupun dalam keadaan bingung, si anak tetap mematuhi apa yang dikatakan oleh sang ayah.
Ketika ditengah-tengah perjalanan, mereka pun bertemu dengan rombngan yang terdiri oleh beberapa orang, dan orang-orang itu pun berkata,
“Sungguh terkutuk kau wahai sang ayah, kau biarkan anakmu kepanasan, dan kelelahan dalam berjalan, sedangkan kau enak-enakan diatas keledai, sungguh kau ayah yng sangat buruk di dunia ini,” kata orang-orang tersbut
Dan ternyata perkataan orang-orang tersebut juga didengar oleh si anak,
“Ayah, kenapa mereka berkata seperti itu terhadap kita?” tanya si anak
“Mereka tidak mengerti tentang apa yang telah kita lakukan, oleh sebab itu do’akanlah mereka agar mendapatkan petunjuk didalam hidupnya.” jawab sang ayah.
Setelah orang-orang tersebut berlalu, kini sang ayang mengajak anaknya untuk naik keatas keledai tersebut dan kembali melakukan perjalan.
Ditengah-tengah perjlanan, mereka kembali lagi bertemu dengan rombongan yang terdiri dari beberapa orang, dan mereka pun berkata.
“Sungguh engkau adalah keluarga (ayah dan anak) yang sangat buruk, kau tidak memikirkan nasib keledai tersebut, ia berbadan kecil sedangkan kalian berbadan besar, sungguh terkutuklah kalian itu.” kata orang-orang tersebut
Mendengar perkataan mereka, si anak pun berkata kembali terhadap sang ayah,
“Kenapa mereka berkata seperti itu terhadap kita, apakah kita melakukan kesalahan yah?” tanya si anak lagi
“Mereka tidak mengerti tentang apa yang telah kita lakukan, oleh sebab itu do’akan kembali agar mereka mendapat petunjuk dalam hidupnya.” jawab sang ayah
Mereka pun kembali melakukan perjalan, dan kali ini sang ayah dan si anak yang berjalan, kemudian mereka mengangkat keledai tersebut keatas dan membawanya berjalan.
Walaupun si anak biung terhadap apa yang dilakukan oleh sang ayah, namun ia tetap mematuhinya.
Jadilah mereka berjalan dengan membawa keledai diatasnya, hingga bertemulah mereka dengan serombongan orang-orang,
“Lihat, coba lihat disana, ada keluarga gila yang sedang mealakukan perjalan dengan membawa keledai diatasnya, seharusnya mereka menggunakan keledai itu sebagai kendaraan untuk ditunggangi, bukannya mkeledai yang menunggangi mereka, semoga kalian sadar hai keluarga yang gila.” jawab orang-orang tersebut.
Sang ayah dan anak itu tidak menghiraukan perkataan orang-orang tersbut, dan mereka terus melakukan perjalan. Sang ayah pun meminta kepada si anak agar mendo’akan orang-orang tersbut supaya mendapatkan petunjuk didalam kehidupan mereka.
Setelah melakukan perjalan cukup jauh dan menemui beberapa rintangan, ayah dan ank tersebut kemudian singgah dan bernaung dibawah pohon yang rimbun.
“Nak, apa yang kamu dapatkan dari perjalanan ini?”
“Saya banyak menemui orang-orang yang berkata kotor dan menghujat tentang apa yang telah kita lakukan,” jawab si anak.
“Dan kenapa kita harus melakukan yang demikian itu, yah?” tanya sianak dengan bingungnya.
“Ketahuilah hai anak ku, apa yang telah kita lakukan terhadap perjalanan tadi, itu semua hanyalah gambaran tentang kehidupan ini, apa pun yang kita lakukan, baik atau buruk, benar atau salah, tetap orang-orang akan menghujat kita, entah itu didepan kita atau mungkin juga dibelakang kita. Apabila kita melakukan hal yang buruk, maka orang-orang segera menyebarkan beritanya kepada orang lain, dan apabila hal yang kita lakukan benar, maka orang-orang akan berusaha mencari kesalahannya walupun itu sekecil lubang jarum. Oleh sebab itu, kita jangan sekakali-kali mengatakan apa pun kekurangan orang lain terhadap dirinya, jika itu buruk baginya maka tutupilah, dan apabila itu benar, maka sampaikanlah dengan sebenar-benarnya. Dan bersikaplah lebih arif serta bijaksana lagi dalam hidup ini.” jawab sang ayah.
Si anak pun menganggukkan kepala, tanda bahwa ia mengerti dengan pelajaran yang telah disampaikan oleh sang ayah.
Dan mereka pun pulang kerumah secara bersama-sama.
* Butiran hikmah
Dari cerita tersebut dapat kita ambil pelajaran, bahwa:
# Apapun yang kita lakukan, baik atau salah, benar atau buruk tetap tidak akan pas di mata manusia lainya. Makin buruk yang dilakukan oleh seseorang, maka makin banyak hujatan yang akan ia dapatkan. Seharusnya yang kita lakukan adalah menutupi keburukan-keburukan tersebut dengan cara tidak ikut-ikutan menilainya salah.
Lebih teliti lagi itu sangat baik daripada hanya cuma omongan yang besar, orang yang salah belum tentu benar-benar salah, dan orang yang benar belum tentu ia orang yang sangat benar.
# Jangan pernah menghujat orang lain, apalagi memfitnah orang lain. Karena itu merupakan perbuatan yang sangat buruk, kita semua ini berkeluarga dan satu kesatuan, apakah itu agama yang sama, dan jika berbeda keyakinan, tetap kita sama yaitu sebagai salah satu orang yang tinggal di NKRI ini.
# Jadilah orang yang lebih arif serta bijaksana lagi ketika menghadapi sebuah problem atau masalah, selesaikan dengan kepala dingin dan jangan pernah mengutamakaan emosi. Gunakanlah asa kekeluargaan dalam menghadapinya, asas yang damai dan tentram untuk mencari jalan keluarnya.
Jika kamu sedang dalam keadaan marah, maka duduklah dengan segera.
Jika tidak bisa berduduk, maka berbaringlah, dan jika tidak bisa juga maka tidurlah, namun jika tetap tidak bisa juga, maka berwudhulah serta bacalah Al-Qur’an, maka hatimu akan sejuk dan damai kembali.
Posting Komentar untuk "Cerita ayah, anak dan seekor keledai"