Cerita inspirasi: paku di pagar
Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh
Gambar oleh:kompasiana.com
Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:
- Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Amiin….
- Yang belum dapat pekerjaan, semoga mendapatkan pekerjaan. Amiin….
- Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Amiin….
- Yang sedang bersekolah, semoga sekolahnya berkah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Amiin….
Oh ya, kali ini aku akan menulis sebuah cerita dengan judul paku di pagar. Ini adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjaga lisan dari perkataan yang buruk terhadap orang lain, dan cara yang digunakan untuk memperbaiki watak buruk yang ada di dalalm diri kita.
Bagaimana ceritanya?
Langsung saja dibaca artikelnya sampai habis, gratiiissss…….tttiiiisssss….tttiiiiisssss.
Paku di pagar
Dahulu ada seorang gadis yang memiliki watak sangat buruk. Ketika mengetahui dan melihat watak buruk si anak, sang ibu pun memberikan sekantung paku kepada anaknya. Mula-mula si anak merasa heran terhadap apa yang diberikan oleh ibunya, dan ia bertanya-tanya dalam dirinya untuk apa sekantung paku ini.
Setelah memberikan sekantung paku, si ibu pun memerintahkan anaknya untuk menancapkan paku tersebut pada bagian belakang pagar setiap kali ia sedang marah. Si anak masih merasa bingung dengan perkataan ibunya, namun ia tetap mematuhinya. Jadi ketika ia sedang marah atau berkata-kata tidak sopan, maka ia harus menancapkan satu paku ke pagar.
Hari pertama, si anak menancapkan 37 paku ke pagar. Namun, beberapa minggu berikutnya ia tidak lagi menancapkan paku ke belakang pagar karena ia telah berhasil dan mulai bisa mengendalikan amarahnya. Dan tancapan paku dipagar pun mulai berkurang, tidak sebanyak waktu pertama kalinya. Si anak juga sadar bahwa lebih mudah untuk menahan amarah daripada harus menancapkan paku ke pagar.
Akhirnya, tibalah waktu dimana si anak benar-benar bisa menguasaidirinya dari watak buruknya dan juga tidak pernah marah lagi. Kemudian ia menceritakan kepada sang ibu, bahwa ia telah berhasil menjadi orang yang benar-benar dapat menguasai diri dari sifat pemarahnya. Sang ibu pun tersenyum mendengar cerita si anak tersebut. Dan sang ibu menyarankan kepada si anak agar ia dapat mencabut paku yang telah ditancapkan dipagar itu setiap kali ia bisa menguasai amarahnya.
Setelah lewat beberapa hari, si anak kembali melaporkan dan menceritakan kepada sang ibu, bahwa ia berhasil mencabut semua paku yang tertancap dipagar itu. Kemudian sang ibu pun segera menggandeng tangan si anak dan membawanya ke pagar tempat ia menancapkan dan mencabut pagu tersebut. Lalu sang ibu pun berkata, “Kau sekarang telah berperilaku baik, Nak, tapi lihat lubang-lubang dipagar itu. Pagar itu tidak akan pernah sama seperti dahulu, pagar itu menjadi kotor dan penuh dengan lubang tusukan paku. Sewaktu kau marah-marah, kata-kata yang kau ucapkan menyebabkan luka persis seperti lubang-lubang dipagar itu.”
Sama halnya dengan kau dapat menusukkan pisau ke tubuh seseorang lalu mencabutnya. Tak jadi masalah beberapa banyak kau berkata: maafkan aku, tapi luka itu akan tetap ada disitu dan tak akan pernah hilang. Yaitu luka yang diakibatkan lisanmu sepedih luka tusukan itu.
Sesungguhnya teman adalah mutiara yang sangat berharga, meraka membuatmu tersenyum, mendorongmu agar sukses, mendengarkan keluh kesahmu, mengucapkan pujian untukmu dan selalu berlapang dada terhadapmu. Oleh sebab itu, jangan pernah membuatnya sakit hati atau bersedih akibat ucapanmu.
Butiran hikmah
Ada berbagai istilah yang sesuai dengan gambaran cerita diatas, diantaranya;
- Mulutmu harimaumu
- Berpikirlah sebelum berucap
- Lidah itu lebih tajam daripada pisau
* Mulutmu harimaumu
Istilah seperti ini sangat sering kita dengar, baik itu dimasyarakat, disekolah, maupun diantara teman-teman yang lainnya. Istilah tersebut sebagai gambaran bahwa ucapan yang keluar dari mulut itu bisa saja menjadi bomerang terhadap diri kita sendiri. Ketika kita berkata tidak baik, kurang sopan, bahkan kotor terhadap orang lain, maka ketika orang tersebut sudah memandam rasa benci terhadap kita, maka tidak menutup kemungkinan orang tersebut akan berbuat nekad bahkan bisa bertindak diluar akal sehat.
Di telivisi dan dikoran-koran mungkin kita ada melihat atau membaca berita-berita tentang pembunuhan maupun kekerasan lainnya lantaran sakit hati akibat dari ucapan yang pernah dilakukan seseorang kepada orang lain. Oleh sebab itu kita harus menjaga lisan ini dengan baik, jangan pernah mencoba untuk menjelek-jelekkan orang lain lantaran ketidak sukaan kita terhadapnya. Hidup yang nyman dan damai itu adalah hidup yang tanpa adanya musuh atau orang yang tersakiti karena ucapan kita.
* Berpikirlah sebelum berucap
Istilah ini juga sering digunakan dimasayrakat, bahkan orang tua kita, nenek atau datuk kita mengajarkan untuk berpikir terlebih dahulu sebelum berucap, atau buka mulut (dalam bahasa kampung kami menganga) terlebih dahulu baru berkata atau berucap, itu tujuannya agar kata yang keluar dari mulut kita tidak membuat orang lain terluka maupun sakit hati. Setiap orang itu memiliki watak yang berbeda-beda, seperti ada yang pemarah, pemaaf, gampang tersinggung, dan ada juga yang tidak mudah tersingguh. Yang ditakutkan adalah ketika kita berbicara dengan orang yang gampang tersinggung, maka mungkin saja kata atau ucapan yang keluar dari mulut kita itu dianggapnya salah dan dimasukkannya kedalam perasaan. Akhirnya timbulah pertikaian, perpecahan atau permusuhan akibat kata-kata yang kita ucapkan tersebut, walaupun sebenarnya kata-kata yang kita ucapkan itu hanya candaan belaka.
Oleh karenanya, sangat penting untuk berpikir terlebih dahulu sebelum berkata. Kita lihat terlebih dahulu siapa orang yang sedang kita ajak berbicara, jika orang tersebut tidak mudah tersinggung, maka kita bisa berbicara dengan candaan, tapi jika orang tersebut memiliki watak yang mudah tersinggung lebih baik untuk berbicara seadanya, atau lebih baik diam.
* Lidah itu lebih kejam dari pisau
Ini juga istilah yang sering kita dengar, arti dari istilah ini adalah kata-kata yang keluar dari mulut kita itu akan selalu ada dan bahkan akan selalu tertanam didalam hati seseorang, bahkan kata-kita tidak menutup kemungkinan akan terbawa sampai mati. Kata-kata yang dimaksud adalah kata-kata yang membuat orang lain tersinggung, semisal menjelek-jelekan kekurangan orang lain, menghina, atau bahkan mengadu domba orang lain agar terjadi perkelahian.
Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk saling bermaaf-maafan kepada orang lain, baik itu terhadap keluarga, saudara, tetangga, teman atau sahabat terdekat kita. Dan jangan pernah untuk mengulanginya kembali jika sudah bermaaf-maafan.
Jika kita melakukan kesalahan dengan ucapan yang telah diperbuat, maka ucapan tersebut akan selalu ada didalam diri seseorang, dan akan sangat sulit untuk menghilangkannya, namun jika luka akibat pisau, maka akan mudah hilang dan tak akan pernah membekas terlalu dalam.
Ayoo……sama-sama kita jaga lisan ini dari perkataan yang dapat merusak, menghancurkan tali persaudaraan atau tali pertemanan terhadap sesama. Jika kita pernah melakukan kesalahan dengan ucapan, ayooo…segera bertemu dengan oran tersebut dan segeralah meminta maaf, selagi mampu dan selagi ada kesempatan.
Jangan pernah takut untuk mencobanya, jika orang tersebut menolak permintaan maaf kita, maka berlapang dada lah. Setidaknya kita sudah berusaha meminta maaf dengan tulus ikhlas.
“Hidup akan terasa damai bila tidak ada orang yang tersakiti akibat perkataan kita”
Posting Komentar untuk "Cerita inspirasi: paku di pagar"