Modul 8: Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar
Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh
Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:- Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Aamiin….
- Yang belum dapat pekerjaan, semoga mendapatkan pekerjaan. Aamiin….
- Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Aamiin….
- Yang sedang bersekolah, semoga sekolahnya berkah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Aamiin….
KEGIATAN BELAJAR 1
PENDIDIKAN ANAK BERKESULITAN BELAJAR
Definisi, Penyebab, dan Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
A. Definisi Kesulitan Belajar
Istilah yang digunakan untuk menyebut Anak Berkesulitan Belajar (ABB) cukup beragam. Keberagaman istilah ini disebabkan oleh sudut pandang ahli yang berbeda-beda. Kelompok ahli bidang medis menyebutnya dengan istilah brain injured dan minimal brain dysfunction, kelompok ahli psikolinguistik menggunakan istilah language disorders. Namun istilah umum yang sering digunakan oleh para ahli pendidikan adalah learning disabilities yang diartikan sebagai “kesulitan belajar” oleh karena itu sifat kelainannya yang spesifik, kelompok anak yang mengalami kesulitan belajar ini disebut specific learning disabilitas, yaitu kesulitan belajar khusus.
B. Klasifikasi Kesulitan Belajar
Menurut Kirk dan Gallagher (1989:187) menjelaskan bahwa kesultan belajar dibedakan dalam dua kategori besar, yaitu:
1. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan.
2. Kesulitan belajar akademik.
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan, mencakup gangguan perhatian, ingatan, motorik, persepsi, berbahasa, dan berpikir. Sedangkan kesulitan belajar akademik mencakup kesulitan belajar membaca, menulis, dan berhitung atau matematika.
C. Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Roos (1976), Siegel dan Gold (1982), serta Painting (1983), bahwa kesulitan belajar khusus disebabkan oleh disfungsi sistem saraf yang disebabkan oleh :
1. Cedera otak pada masa perkembangan otak.
2. Ketidakseimbangan zat-zat kimia di dalam otak.
3. Gangguan perkembangan saraf, dan
4. Kelambatan proses perkembangan individu.
Ahli lain, yaitu Hallahan dan Kauff Man (1991:127-128) mengemukakan tiga faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu :
1. Organis/biologis
2. Genetik, dan
3. Lingkungan
Dari hasil penelitian para ahli diagnostik, ditemukan 4 faktor yang dapat memperberat gangguan dalam belajar. Keempat faktor ini sering ditemukan pada anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Adapun keempat faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Gangguan fisik
Meliputi gangguan visual, gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan, dan orientasi ruang, body image yang rendah, hiperaktif, serta kurang gizi.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah yang kurang menguntungkan bagi anak, akan menghambat perkembangan sosial, psikologi, dan pencapaian prestasi akademis.
c. Faktor motivasi dan afeksi
Anak yang selalu gagal dalam suatu mata pelajaran atau beberapa pelajaran cenderung menjadi tidak percaya diri, mengabaikan tugas, dan rendah diri. Sikap ini akan mengurangi motivasi belajar dan muncul perasaan-perasaan negatif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan sekolah.
d. Kondisi psikologis
Anak berkesulitan belajar terganggu sebagai akibat dari gangguan perhatian, persepsi, visual, persepsi pendengaran, persepsi motorik, ketidakmampuan berpikir, dan keterlambatan dalam kemampuan berbahasa.
KEGIATAN BELAJAR 2
KARAKTERISTIK ANAK BERKESULITAN BELAJAR
A. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Secara Umum
Menurut Clement yang dikutip oleh Hallahan dan Kauffman (1991:133) terdapat gejala yang sering dijumpai pada anak berkesulitan belajar yaitu:
1. Hiperaktif
2. Gangguan persepsi motorik
3. Emosi yang labil
4. Kurang koordinasi
5. Gangguan perhatian
6. Impulsive
7. Gangguan memori dan berfikir
8. Kesulitan pada akademik khusus(membaca, matematika, dan menulis)
9. Gangguan dalam berbicara dan mendengarkan
10. Hasil electroencephalogram (EEG) tidak teratur serta tanda neorologis yang tidak jelas
Selanjutnya para peneliti mengelompokkan kesepuluh cirri tersebut dengan menggabungkan hal-hal yang dianggap sejenis yaitu:
1. Masalah persepsi dan Koordinasi
Hallahan (1975) megemukaan bahwa beberapa anak kesulitan belajar menunjukan gangguan persepsi penglihatan dan pendengaran. Seperti yang dialami oleh tuna netra atau tuna rungu. Anak yang mengalami gangguan persepsi visual tidak dapat membedakan huruf atau kata-kata yang mirip seperti hurub “d” dengan “b” kata “sabit” dengan “sakit”. Anak berkesulitan belajar ada juga yang mengalami masalah koordinasi motorik, yaitu gangguan keterampilan motorik halus seperti gangguan dalam menulis dan keterampilan motorik kasar seperti tidak dapat melompat dan menendang bola secara tepat.
2. Gangguan dalam Perhatian dan Hiperaktif
Para ahli menekankan dalam hal ini masalahnya bukan pada kelebihan gerakya akan tetapi lebih mendasar sulitnya berkonsentrasi. Anak yag hiperakti banyak gerak sulit melakukan kontak mata dan sulit mengkonsentrasikan perhatiannya. Sebagai contoh apabila anak diberi tugas melakukan sesuatu ia tidak dapat menuntaskan pekerjaannya karena peratiannya segera beralih pada objek lainnya.
3. Mengalami gangguan dan i masalah mengigat dan berikir
a. Masalah mengingat
Anak berkesulitan belajar kurang mampu menggunakan strategi untuk meningat sesuatu contoh: kepada beberap anak diperlihatkan suatu daftar kata untuk diingatkan. Anak pada umumnya spontan dapat mengkatagorikan kata-kata tersebut dengan mudah. Sedangkan anak yang berkesulitan belajar tidak mampu melakukan strategi tersebut.
b. Masalah Berfikir
Berfikir meliputi kemapuan untuk memecahkan masalah. Anak berkesulitan belajar mengalami kelemahan dalam masalah tersebut. Contoh Bagaimana mengungkapkan kembali suatu cerita yang telah dibacanya. Anak berkesulitan belajar tidak mampu dalam menceritakannya kembal.
4. Kurang mampu Menyesuaikan Diri
Anak berkesulitan belajar kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak yang berkesulitan belajar sering mengalami kegagalan. Dampak dari kegagalan tersubut anak anak menjadi kurang percaya diri, merasa cemas, dan takut melakukan kesalahan.
5. Menunjukkan gejala sebagai siswa yang tidak aktif
Anak berkesulitan belajar kurang mampu malakukan strategi untuk memecahkan masalah secara spontan. Contohnya Anak berkesulitan belajar tidak berani menjawab soal dipapan tulis secara spontan.
6. Pencapaian hasil Belajar yang Rendah
Sebagian Anak berkesulitan belajar memiliki ketidakmampuan dalam berbagai bidang akademik, misalnya dalam membaca, pengucapan tulisan, berhitung, dll.
B. KARAKTERISTIK KHUSUS ANAK BERKESULITAN MEMBACA
1. Gangguan Membaca Lisan
Lovitt (1989:198) mengemukakan bahwa lover melakukan dua ekpserimen meneliti anak berkesulitan belajar dengan cara mempredikdsi dan mengevaluasi keterampilan mengucapkan kata-kata. Sksperimen pertama mengucapkan kata secara benar dari kata yang mudah diucapkan sampai pada nada tinggi., nada rendah, sampai kata yang sulit diucapkan. Anak yang berkesulitan belajar tentu kurang percaya diri pada kemampuannya.
Pada eksperimen ke dua siswa diminta untuk memprediksi tampilan kata-kata yang tidak punya arti dari tes membaca butir-btir pertanyaan disusun berdasarkan tingkat kesulitan. Setelah itu mereka diberi tugas untuk membaca kata-kata. Meliputi rentangan kata yang paling mudah hingga yang paling sukar. Anak yang berkesulitan belajar kurang mampu membedakan kata-kata secara ortografis.
2. Gangguan Ingatan Jangka pendek
Ingatan jangka pendek merupakam suatu hal yang diperlukan untuk memahami isi bacaan. Anak mengalami kesulitan membaca dan kesulitan merekam huruf yaitu mengeja huruf secara teratur. Baddeley(lovitt, 1989:1990) menjelaskan bahwa dengan ingatan jangka pendek yang stabil, seseorang dapat menguasai huruf secara stabil. Dengan demikian kemampuan membentuk kode fonologi yang stabil dalam ingatan jangka pendek berkaitan dengan kecakapanmemahami isi bacaan.
3. Gangguan Pemahaman
Anak-anak berkesulitan membaca menampakkan kelemahan dalam pemahaman. Anak yang berkesulitan membaca mengalami ketidakmampuan menghubungkan kata dalam kalimat dan kelemahan dalam melakukan strategi, serta menunjukkan kekurangan dalam memahami apa yang didengar.
C. KARAKTERISTIK KHUSUS ANAK BERKESULITAN MENULIS
1. Menulis dengan Tangan
Lovitt(1989:225) Mengemukakan bahwa anak berkesulitan belajar memiliki berbagai masalah dalam menulis tangan, seperti:
a. Menulis dengan lambat
b. Salah dalam menulis huruf dan angka
c. Tulisannya terlalu miring
d. Jarak tulisannya terlalu rapat
e. Kesulitan mengikutu garis lurus
f. Tulisan tidak terbaca
g. Tekanan pensil terlalu kuat atau terlalu lemah
h. Tulisan yang berbayang
2. Mengeja
Kesuitan mengeja terjadi apabila anak tidak memiliki memori yang baik tentang huruf-huruf. Baik memori visual maupun memori auditif. Kesulitan mengeja dalam bentuk tulisan ditandai dengan adanya:
a. Penambahan huruf yang tidak diperlukan(bandung-bandunga)
b. Penghilangan huruf(Bandung-badung)
c. Muncul pola-pola bicara dialektis(Bandung-embandung)
d. Muncul pengganti huruf seperti kesalaan ucapan(roti-wroti)
e. Memutar balikkan huruf dalam kata seperti ibu ditulis ubi
f. Memutar balikkan penempatan konsonan atau vocal dalam kata, seperti berjalan ditulis bejrlan
g. Memutar balikkan suku kata dalam kata seperti laba ditulis bala
h. Kombinasi dari kesalahan-kesalahan diatas.
3. Menulis Ekspresif
Menulis ekpresif adalah mengungkapkan fikiran dan perasaan melalui tulisan yang dapat dipahami oleh para pembaca yang sebahasa. Anak yang mengalami kesulitan dalam menulis ekspresif, ditandai dengan kurang terampilnya mengungkapkan fikiran, perasaan,melalui tulisan. Baik dari segi karangan, keindahan tulisan, penulisan ejaan, penggunaan tata bahasa, maupun dari segi ideasi(menyangkut subtansi keterpahaman tulisan).
4. Karakteristik Khusus Anak Berkesuitan Matematika/Berhitung
Anak yang mengalami kesulitan tersebut antara lain menunjukkan karakteristik sbb:
1. Kesulitan mengenal dan memahami symbol seperti +,-,x,:,=,<,>, dsb.
2. Kesulitan mengoperasikan hitungan/bilangan.
3. Sering salah membilang secara urut.
4. Ketidaksesuaian ambil menyebutkan bilangannya dalam menghitung benda secara berurutan.
5. Sering salah membedakan angka.
6. Sulit membedakan bagun-bangun geometri.
KEGIATAN BELAJAR 3
INTERVENSI ANAK BERKESULITAN BELAJAR
A. Intervensi terhadap Anak Berkesulitan Membaca
1. Tipe (bentuk) Kesulitan Belajar
Secara umum, M. Monroe (dalam Permanarian, 1992:7) membagi kesulitan membaca menjadi 8 bagian, yaitu:
a. Kurang mengenal huruf
b. Bingung urutan letak huruf
c. Menambah suara yang tidak ada
d. Menghilangkan huruf yang ada
e. Mengganti kata
f. Mengulang kata
g. Menabah kata yang tidak ada dalam bacaan
h. Menghilangkan kata yang ada dalam bacaan
2. Asesmen Kemampuan Membaca
a. Asesmen formal
Tes yang digunakan untuk melakukan asesmen secara formal meliputi: tes survey, tes diagnostic, dan tes prestasi
b. Asesmen Informal
Tes yang digunakan meliputi: Informal Reading Inventories, Cloze procedure.
3. Prosedur Intervensi Kesulitan Membaca
Intervensi kesulitan membaca dilakukan melalui tahapan identifikasi masalah, Diagnosis, Penyusunan Program layanan, Evaluasi.
4. Pendekatan dan Teknik daam Intervensi Kesulitan Membaca
Carnine & Silbert dalam Mercer & Mercer (1989:366) mengemukakan 2 pendekatan pokok dalam mengajar membaca permulaan. Kedua pendekatan tersebut adalah, pendekatan dengan penekanan pada lambing atau yang menekankan pada bunyi huruf dan pendekatan dengan penekanan pada makna, atau yang menekankan pada penggunaan kata.Teknik yang diklasifikasikan ke dalam pendekatan dengan penekanan pada lambing anatara lain adalah teknik Gillingham dan Stilman serta teknik Fernald.
B. Intervensi Terhadap Anak Berkesulitan Menulis
1. Tipe-tipe Kesulitan Menulis
Ada berbagai tipe kesulitan menulis, diantaranya:
a. Kesalahan dalam menuliskan bentuk huruf
b. Ukuran huruf yang tidak normal
c. Ukuran huruf tidak proporsional
d. Bentuk huruf yang tidal menentu
e. Menulis tidak lancar
f. Kesalahan dalam menuliskan angka
g. Tulisan terlalu miring
h. Kesulitan menentukan besarnya jarak perhuruf
i. Berantakan
j. Ketidakmampuan unuk menulis tepat pada garis horizontal
k. Pensil terlalu ditekan
l. Kotor
2. Asesmen Kesulitan Menulis
Asesmen terhadap kesulitan menulis dapat dilakukan dengan menggunakan asesmen formal dan informal.
3. Diagnostik dan Remidiasi
Pembahasan mengenai diagnostic dan remidiasi kesulitan menulis, mencakup menulis dengan tangan, mengeja, dan menulis ekspresif.
C. Intervensi terhadap Anak Berkesulitan Belajar Matematika
Intervensi terhadap Anak Berkesulitan Belajar Matematika terdiri dari:
1. Pola-pola Kekeliruan khusus
2. Asesmen Kesulitan Belajar Matematika
a. Teknik wawancara diagnostic
b. Teknik test survey yang dibuat guru
3. Pengajaran Remidial
Posting Komentar untuk "Modul 8: Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar"