KEBUDAYAAN MASYARAKAT CIREBON PADA MASA LAMPAU
Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh
Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:
- Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Aamiin….
- Yang belum dapat pekerjaan, semoga segera mendapatkan pekerjaan. Aamiin….
- Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Aamiin….
- Yang sedang belajar, semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Aamiin….
WAHYUDIANSYAH.COM – Kebudayaan Masyarakat Cirebon Pada Masa Lampau
Secara geografis wilayah Cirebon terdiri dari masyarakat pesisir dan juga agraris, ada pedesaan dan ada juga perkotaan, meskipun bisa dibilang tidak terlalu besar wilayah perkotaan yang ada di Cirebon. Wilayah pesisir dan agraris ini membentuk budaya Cirebon itu sendiri, kita tidak bisa menyalahkan satu sama lainnya. Mungkin Secara wilayah masuk ke Cirebon, tetapi secara budaya belum tentu sama antara masyarakat yang ada di wilayah agraris dengan masyarakat yang ada di wilayah pesisir. Salah satu contoh unsur budaya itu adalah dalam hal mata pencaharian, dimana masyarakat pesisir biasanya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, sedangkan masyarakat agraris itu lebih pada pertanian atau sebagai petani. Tentu ini juga menjelaskan bahwa meskipun sama-sama orang Cirebon, tetapi ada unsur budaya yang berbeda karena adanya Karakteristik wilayah yang juga berbeda. Meskipun dalam perkembangannya perbedaan itu semakin buram, karena adanya pranata sosial yang terus bertambah di lingkungan masyarakat, baik masyarakat di pedesaan maupun masyarakat perkotaan.
Untuk itu Kebudayaan Masyarakat Cirebon pada masa lampau itu terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1) Kebudayaan Masyarakat Pesisir dan Agraris
Sebelum kita membahas tentang masyrakat pesisir dan agraris, ada baiknya kita mengetahui yang namanya karakteristik budaya cirebon. Karakteristik budaya Cirebon artinya bahwa dalam suatu kelompok budaya terdapat suatu penciri atau ciri khas atau bahkan identitas budaya yang tidak dimiliki oleh kelompok budaya lain sehingga ketika kita berbicara tentang suatu kebudayaan maka budaya yang dimaksud hanya ada di tempat dimana kelompok budaya tersebut ada dan tentu karakteristik itu tidak muncul tiba-tiba ada sesuatu yang dibentuk, sehingga kelompok budaya atau kelompok etnis tersebut memiliki suatu karakter yang berbeda dengan kelompok budaya lainnya.
Oleh karena itu, materi pertama yang dapat kita lakukan adalah melihat bagaimana aspek geografis vs aspek demografis saling mempengaruhi karakteristik budaya dari Cirebon atau bahkan kelompok budaya lainnya. Cirebon Secara geografis terdiri dari wilayah pesisir dan agraris (masyarakat pedesaan dan perkotaan), masyarakat desa dan kota saling bersentuhan tanpa batas yang terlalu jauh, sehingga ini bisa dikatakan sebagai bentuk implikasi bahwa urbanisasi terus terjadi di wilayah tersebut.
Alasan kita perlu mempelajari geografis dan demografis di wilayah Cirebon? karena untuk mempelajari kebudayaan itu kita harus mempelajari Karakteristik wilayah dimana masyarakat tersebut hidup dalam kesehariannya.
proses terbentuknya suatu karakter bisa kita dapatkan melalui stimulus pengkonstruksian dari suatu pengalaman hidup, baik itu dari lingkungan sekolah, keluarga atau lingkungan sosial lainnya.
Dan dari sinilah sehingga inputan itu bisa kita jadikan sebagai proses kehidupan dan jadilah diri kita yang sekarang ini. Begitu pula budaya yang dipengaruhi oleh karakter wilayah lingkungannya, baik secara sosial maupun alam yang terbentuk secara disadari maupun tidak disadari, secara Sengaja maupun tidak disengaja menjadi suatu identitas dimana budaya tersebut memiliki kekhasannya tersendiri. Oleh karena itu, budaya Cirebon maupun budaya di tempat lainnya bukan semata-mata warisan yang diturunkan begitu saja.
2) Kebudayaan Masyarakat Rural & Urban
Sekarang terjadi perubahan sistem kehidupan manusia yang mana tadinya untuk mencari atau untuk memenuhi kebutuhan makan harus menciptakan mode tersendiri, dimasa sekarang ini banyak pranata-pranata sosial di bidang jasa dan produk yang menawarkan berbagai makanan atau minuman. dimana saat ini kita dengan jarak 100 m bahkan sampai berpuluh-puluh kilometer kita bisa menemui makanan yang kita bisa beli artinya ada nilai ekonomi sekarang di situ.
Ketika kita berbicara tentang geografis maka kita perlu juga berbicara tentang demografisnya yaitu demografis masyarakat Cirebon. Geografis itu terkait dengan wilayah-kewilayahan, sedangkan demografis terkait dengan kependudukan. Yang mana karakteristiknya itu bisa kita bagi menjadi masyarakat desa ataupun masyarakat kota. Antara masyarakat desa dengan perkotaan sudah semakin kabur perbedaannya, tetapi antara masyarakat desa dengan perkotaan saling ketergantungan. Dalam hal ini urbanisasi itu tidak hanya berbicara tentang perpindahan dari satu tempat ke tempat lain atau dari desa ke kota, tetapi dengan terjadinya urbanisasi ini maka pola pikir antara masyarakat desa dengan pola pikir masyarakat kota juga mengalami perbedaan sangat tajam. Namun, semakin berkembangnya teknologi informasi maka antara masyarakat desa dan prkotaan akan mendapatkan informasi yang sama melalui siaran TV maupun internet, hal ini dikarenakan antara masyarakat yang ada di desa dan di perkotaan dapat memiliki kedua alat tersebut. Oleh sebab itu, hal inilah yang membuat perbedaan antara masyarakat desa dengan perkotaan semakin tipis. Ini itu juga yang mempengaruhi Bagaimana pola pikir orang-orang di desa tidak terlalu terlambat seperti dulu, terlambat disini bukan berarti keterbelakangan, tetapi memiliki ciri khasnya tersendiri.
Sebagai contoh ada seorang pemuda yang berprofesi sebagai petani di desa, ketika si pemuda tidak ingin berprofesi sebagai petani maka ia bisa memilih untuk pergi merantau ke perkotaan. Ini yang terjadi di Cirebon Indramayu dan beberapa wilayah pedesaan lainnya, sehingga itu pula yang membuat pola pikir mayarakat urban itu lahir di perkotaan. Setelah si pemuda mendapatkan pola pikirnya di kota, maka ia akan kembali ke desa untuk membangun pengetahuan bagi masyarakat pedesaan lainnya.
Kalau masyarakat kota sendiri lebih multikultur dan terbiasa dengan kondisi sosial yang beragam. Ini menjadi fenomena unik dimana pemukiman-pemukiman sekarang sudah sampai ke daerah pedesaan. Hal ini disebabkan karena harga tanah maupun rumah yang ada di daerah perkotaan sudah semakin tidak terjangkau lagi. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan dibidang industri justru membangun perumahan-perumahan dari tanah yang telah dibeli dari mayarakat pedesaan. Sehingga bisa kita bilang bahwa semakin sini pasti lahan pertanian terus semakin kecil karena tanah yang dimiliki warga sudah banyak yang terjual. Akhirnya, karena tidak adanya tanah yang dimiliki oleh para masyarakat desa membuat profesi sebagai petani itu juga seakan semakin berkurang. itulah yang dimaksud bagaimana aspek geografis mempengaruhi aspek demografis.
3) Masyarakat Multikultural di Cirebon
Masyarakat multikultural bisa dikatakan sebagai masyarakat yang banyak memiliki kebudayan, tidak terkecuali bagi masyarakat cirebon itu sendiri. Beragam kebudayaan yang ada di Cirebon, mulai dari batik megamendung, kuliner, dan tari topeng. Ketika kita datang ke Cirebon yang pertama ada dibenak adalah batik Megamendung. Batik ini adalah batik yang khas yang digunakan oleh banyak orang dan karena saking populernya batik ini dijadikan salah satu pernik atau decor interior yang ada di kota Cirebon. Dibalik visualisasi yang kita lihat terhadap produk-produk budaya tersebut kita harus diingat bahwa batik adalah bagian dari kebudayaan benda. dibalik motif tersebut banyak cerita atau makna filosofis sebenarnya yang bisa kita kaji, sudah banyak yang memaparkan tentang makna dibalik motif Megamendung. Motif batik mega mendung ini merupakan hasil akulturasi antara masyarakat Cirebon saat itu dengan budaya Tionghoa atau budaya China yang memang sangat erat sekali hubungan kerjasamanya dengan masyarakat setempat. Ketika masa Sunan gunungjati kita sama-sama tahu bahwa Putri Ong Tien dari negeri tirai bambu datang untuk menikahi Sunan gunungjati, dimana pernikahan tersebut melahirkan generasi-generasi campuran secara budaya maupun secara etnik.
Cirebon memiliki beragam kuliner, seperti nasi jamblang, mie koclok dan ketoprak. Nasi jamblang menjadi unik karena pembungkus nasi tersebut dalam tradisi Sunda atau Jawa juga biasanya menggunakan daun pisang, tetapi di Cirebon justru daun jatilah yang digunakan untuk membungkus nasi jamblang. Penggunaan daun jati untuk membungkus nasi jamblang memiliki nilai sejarahnya tersendiri. Kebudayaan Cirebon dengan wilayah geografisnya dulu memang banyak terdapat pohon jati di beberapa titik wilayahnya, sehingga pohon jati itu sendiri menjadi inspirasi masyarakat Cirebon dalam membungkus nasi tersebut. Mengutip dari kumparan bahwa nasi jamblang itu lahir dari masa penjajahan Belanda, jadi sudah cukup lama yang mana saat itu masyarakat pribumi dihadapkan dengan masalah kelaparan saat bekerja.
Masyarakat Cirebon saat itu menggunakan daun jati untuk membungkusnya tentu tidak langsung kepikiran begitu saja menggunakan daun jati, pasti ada proses kreatif yang dipikirkan oleh masyarakat guna untuk menahan agar nasi tidak cepat basi dan itu akhirnya menjadi khas hingga sampai sekarang ini.
Tarian topeng Cirebon adalah salah satu tarian di wilayah Kesultanan Cirebon. Tari topeng Cirebon sebenarnya menggambarkan aspek kehidupan yang sangat luas mencakup kepribadian cinta Angkara Murka. Kraton ini khususnya di Cirebon menjadi simbol yang menarik bagi wisatawan, keraton juga banyak dikembangkan dalam berbagai aspek, seperti sebagai tempat berdiskusi maupun sebagai tempat kajian yang berkaitan dengan budaya Cirebon. Keraton sampai saat ini masih sangat eksis di Cirebon, kita dapat mrlihat infrastruktur maupun budaya atau aktivitas-aktivitas tradisi lainnya yang dijaga oleh keraton.
Terlepas dari contoh-contoh kebudayaan maupun simbol budaya yang ada di Cirebon, lantas peran kita sebagai masyarakat akademis dalam merangkum kebudayaan-kebudayaan yang khas pada Cirebon adalah dengan memvisualisasikan suatu karya tersendiri untuk membantu kontribusi terhadap masyarakat Cirebon. Hasil karya manusia yang dianggap bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri, namun terkadang menimbulkan masalah baru yang juga perlu diselesaikan. Relevansi dari berkembangnya kebudayaan manusia terhadap masalah baru kehidupan manusia itu sendiri, misalnya pembangunan gedung-gedung tinggi yang berada diatas pemukiman warga setempat perlu diperhatikan secara khusus.
Kebudayaan Cirebon adalah kebudayaan yang mapan sehingga perlu kita lestarikan sebab memberikan berdampak positif bagi masyarakat luas. Banyaknya ragam budaya Cirebon tentu bisa dimanfaatkan untuk kita berkontribusi dalam bentuk karya visual, karya tulis maupun karya-karya lainnya yang bisa digunakan untuk mengenalkan kebudayaan Cirebon lebih jauh lagi. Dengan media sekarang yang tanpa batas, tanpa jarak dan tanpa terikat oleh waktu, kita sebagai masyarakat akademis tentu bisa berkontribusi lebih jauh untuk mengemas dan memperkenalkan budaya Cirebon kepada dunia.
AKHIR KATA
Mungkin itu saja yang dapat mimin bagikan mengenai Kebudayaan Masyarakat Cirebon Pada Masa Lampau. Yang mana kebudayaan masyarakat cirebon pada masa lampau terdiri dari masyarakat agraris, pesisir, rural, urban dan masyarakat multikultural. asyarakat multikultural bisa dikatakan sebagai masyarakat yang banyak memiliki kebudayan, tidak terkecuali bagi masyarakat cirebon itu sendiri. Beragam kebudayaan yang ada di Cirebon, mulai dari batik megamendung, kuliner, dan tari topeng. Ketika kita datang ke Cirebon yang pertama ada dibenak adalah batik Megamendung. Batik ini adalah batik yang khas yang digunakan oleh banyak orang dan karena saking populernya batik ini dijadikan salah satu pernik atau decor interior yang ada di kota Cirebon.
Terakhir semoga artikel sederhana ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian dimanapun berada dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan didalam penulisan atau ada kalimat yang sulit untuk dipahami, agar sekiranya dapat memakluminya.
Posting Komentar untuk "KEBUDAYAAN MASYARAKAT CIREBON PADA MASA LAMPAU"