HIKAYAT SINGKAT TENTANG TERBENTUKNYA CIREBON LARANG
Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh
Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:
- Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Aamiin….
- Yang belum dapat pekerjaan, semoga segera mendapatkan pekerjaan. Aamiin….
- Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Aamiin….
- Yang sedang belajar, semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Aamiin….
WAHYUDIANSYAH.COM – Hikayat Singkat Tentang Terbentuknya Cirebon Larang
Lokasi Cirebon Larang tadinya merupakan kawasan hutan di wilayah Cirebon Pesisir yang biasa disebut Tegal Alang-Alang atau Lemah Wungkuk. Disana Raden Walangsungsang dibantu oleh 52 orang penduduk membuka tempat pemukiman pada tahun 1445 M. Tidak jauh dari lokasi Cirebon Larang, terdapat sebuah sungai yang cukup besar bernama Kali Kriyan, dimana banyak penduduk setempat yang mencari ikan di tempat itu. Perkampungan tersebut dihuni oleh berbagai suku campuran dari berbagai etnis, dan penduduk setempat kemudian mempercayakan Ki Danusela (adik pendeta Buddha Ki Danuwarsih) sebagai kuwu, sedangkan Walangsungsang bertindak sebagai Pangraksabumi yaitu seorang yang memperhatikan dan memelihara kebaeradaan tanah pemukiman dengan gelar Ki Cakrabuana.
Terbentuknya Cerbon Larang
Sebelum Walangsungsang mendirikan pemukiman di Cirebon Larang, di sekitar wilayah tersebut telah berdiri pakuwuan (di bawah wilayah Kerajaan Singhapura) yang dipimpin oleh Ki Danusela. Tetapi dengan ilmu dan kecakapan dari Walangsungsang, pakuwuan tersebut semakin berkembang dan tertata rapi. Ki Danusela adalah adik dari Ki Gedeng Danuwarsih (mertua dari Walangsungsang). Istri Ki Danusela bernama Nyi Arum Sari dari Cirebon Girang. Dari pernikahannya itu, mereka dikaruniai seorang putri yang bernama Nyi Retna Riris.
Selain diperintahkan untuk membuka lahan baru, pada tahun 1448 M, Raden Walangsungsang pergi ke Tanah Suci Mekkah bersama adiknya, Nyai Larasantang. Tetapi istrinya Walangsungsang yang bernama Nyai Indang Geulis tidak diikut sertakan karena sedang mengandung. Usai menunaikan ibadah haji, Walangsungsang sangat berbahagia karena Indang Geulis (istrinya) telah melahirkan seorang puteri yang kemudian diberi nama Nyai Pakungwati. Sedangkan anak dari pernikahannya dengan Nyi Rasa Jati antara lain:
o Nyi Lara Konda
o Nyi Lara Sejati
o Nyi Jati Merta
o Nyi Mertasinga
o Nyi Campa
o Nyi Rasa Melasih.
Setelah Ki Danusela wafat, Walangsungsang akhirnya diangkat menjadi kuwu Cirebon Larang yang ke-2. Untuk mengislamkan keluarga Ki Danusela, Walangsungsang menikah dengan puteri dari Ki Danusela yang bernama Retna Riris (kemudian berganti nama menjadi Kancana Larang). Dari pernikahannya kali ini, Walangsungsang dikaruniai seorang putra yang bernama Pangeran Cerbon. (kemudian setelah dewasa menjadi kuwu di Cirebon Girang).
Pada saat menjabat sebagai kuwu, Raden Walangsungsang menunjukkan kecakapannya. Ia mampu memajukan wilayah itu, Cirebon Larang semakin berkembang melebihi ukuran sebuah desa. Saat itu wilayahnya banyak didatangi oleh para pendatang dari berbagai suku bangsa. Semakin banyak juga penduduk Cirebon yang beralih agama dari Hindu (pengaruh Pajajaran di pantai utara Jawa khususnya di Cirebon dan sekitarnya) ke agama Islam. Untuk lebih menggiatkan penyebaran Islam kemudian Walangsungsang mendirikan Masjid Jalagrahan (masjid tertua di Cirebon) pada tahun 1456 M.
Cirebon Larang beberapa tahun kemudian, sepak terjang yang dilakukan oleh Raden Walangsungsang mengenai penyebaran Islam diketahui oleh sang ayah yaitu Prabu Jayadewata (yang telah menjabat sebagai raja Pajajaran dengan gelar Sri Baduga Maharaja). Namun, tindakan penyebaran Islam itu tidak dipermasalahkan oleh Prabu Jayadewata. Ki Gedeng Tapa (Kerajaan Singhapura) meninggal dunia, Raden Walangsungsang kemudian meneruskan tugas untuk mengatur Pelabuhan Muara Jati dan menyatukan wilayah Kerajaan Singapura dengan wilayah pakuwuan Cirebon Larang dalam satu kekuasaan.
Untuk mengamankan dan mempertahankan Pelabuhan Muara Jati, Raden Walangsungsang membentuk satuan keamanan dan ketertiban. Pengelolaan secara otonomi, makin membuat situasi pelabuhan makin ramai, dan pemasukan pendapatan ke Kerajaan Pajajaran pun semakin besar. Harta warisan yang berlimpah dari Ki Gedeng Tapa kemudian digunakannya untuk membuat sebuah keraton yang bernama Keraton Pakungwati (diambil dari nama puterinya) di tepian Kali Kriyan, serta membentuk satuan prajurit. Keraton Pakungwati dibuat sebagai kompleks keraton yang sangat indah, di mana didalamnya terdapat taman sari dan kolam pemandian tempat para puteri keraton membersihkan diri.
Wilayah Cirebon Larang telah lengkap untuk membentuk kerajaan, maka Prabu Jayadewata segera mengirimkan utusannya yang bernama Jagabaya (Perwira Angkatan Perang Pajajaran) serta Raja sengara (Kian Santang), adik bungsu Walangsungsang untuk menobatkan Raden Walangsungsang sebagai raja dengan gelar Tumenggung Sri Mangana Cakrabuana. Dengan demikian, maka mulai saat itu, status Pakuwuan Cirebon Larang berubah menjadi Kerajaan di bawah kekuasaan Pajajaran. Setelah acara penobatan dilangsungkan, Rajasengara (Kian Santang) tidak pulang ke Pakuan tetapi memilih tinggal bersama kakaknya di Kerajaan Cirebon Larang. Disinilah beliau bertemu dengan seorang gadis dari Campa yang bernama Nyi Halimah atau Nyi Gedeng Kalisapu.
Meski saat itu Cirebon Kerajaan Larang merupakan bagian dari wilayah besar Kerajaan Pajajaran yang berfaham Hindu, Raden Walangsungsang tetap terus mengembangkan agama Islam. Apa yang dilakukan Raden Walangsungsang tidak mendapat hambatan dari Pajajaran, karena dalam bekerja di pemerintahan dia tidak pernah mengecewakan Pajajaran. Raden Walangsungsang, waktu itu menjadi satu-satunya pejabat tinggi (setingkat raja) dari Kerajaan Pajajaran yang beragama Islam.
AKHIR KATA
Mungkin itu saja yang dapat mimin bagikan mengenai Hikayat Singkat Tentang Terbentuknya Cirebon Larang. Yang mana tujuan dari penulisan ini adalah supaya kita mengenal hikayat jaman dulu terbentuknya salah satu kota hebat di Indonesia yang Bernama CIREBON. Dengan membaca hikayat singkat ini harapannya ada pengetahuan yang akan kita dapatkan dan menambah rasa cinta serta bangga terhadap budaya negara yang ada Indonesia melalui kerajaan-kerajaannya yang pernah ada di jaman dahulu.
Bagi anda yang ingin berbagi Informasi Tentang hikayat lain mengenai kota Cirebon ini agar sekiranya dapat menuliskannya pada kolom komentar yang ada dibagian bawah artikel ini. Terakhir semoga artikel sederhana ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian dimanapun berada dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan didalam penulisan atau ada kalimat yang sulit untuk dipahami, agar sekiranya dapat memakluminya.
Posting Komentar untuk "HIKAYAT SINGKAT TENTANG TERBENTUKNYA CIREBON LARANG"